MYEDU Homeschooling Sekolah Rumah #1 di Indonesia. Info homeschooling terbaik di Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi dan seluruh Indonesia. Homeschooling adalah metode pendidikan alternatif yang dijalankan di dalam rumah dibawah bimbingan guru pendamping atau orangtua dan tidak dikerjakan di tempat resmi yaitu seperti sekolah pada biasanya. Sayangnya di Indonesia arti homeschooling ini sering di salah artikan oleh banyak pihak. Pasalnya banya lembaga/sekolah formal yang menggunakan embel-embel nama ‘Homeschooling’ walau sebenarnya kegiatan belajar mengajar nya dikerjakan di sekolah.

Dalam bahasa Indonesia itu sendiri, ada yang memakai istilah “sekolah rumah”. Dapat mengartikaan homeschooling dengan istilah “sekolah mandiri”. Namun nama bukan suatu isu. Dibilang apa pun, yang penting ialah esensinya.

Diantara pemahaman umum homeschooling yaitu suatu keluarga yang menentukan buat bertanggungjawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anak nya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orangtua siswa memikul tanggung jawab seutuhnya atas proses pendidikan anak; sedangkan pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan pada guru serta sistem sekolah.

Meskipun orangtua siswa sebagai penanggung jawab utama homeschooling, namun pendidikan homeschooling ini tidak hanya dan tidak mesti dilaksanakan oleh orangtua. Tidak hanya mengajar sendiri, orangtua bisa mengundang guru private, mendaftar kan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.

Sesuai namanya, proses homeschooling sebenarnya berpusat di rumah. Akan tetapi, proses homeschooling biasanya tidak cuma mengambil lokasi di rumah. Para orangtua homeschooling bisa memakai sarana apa saja dan di mana saja buat pendidikan homeschooling anak nya.

Biaya Homescholing

Banyak yang memandang biaya homeschooling relatif mahal. Walau sebenarnya harga nya itu memang bisa di sesuaikan dengan kemampuan. Pada saat ini, telah banyak instansi yang menyediakan layanan sekolah rumah atau homeschooling ini, baik untuk tahap TK, SD, SMP, ataupun SMA.

Tiap-tiap anak sebenarnya punya kecenderungan yang berbeda-beda. Dikala saya tawarkan kepadanya ingin sekolah umum / Home Schooling jawaban nya yaitu lebih cenderung belajar di dalam rumah. 

“Home Schooling”, Sebuah Alternatif Memperbaiki Kualitas Pendidikan

Salah satu alternatif buat meningkatkan kualitas pendidikan dengan budget yang ada yaitu dengan menjadikan homeschooling termasuk sebagai sistem pendidikan formal. Menurut Permendikbud Nomer 129 tahun 2014, sekolah rumah (home schooling) berarti proses layanan pendidikan yang secara sadar dan terencana dikerjakan oleh orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dalam bentuk tunggal, majemuk, dan komunitas di mana proses pembelajaran bisa berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan supaya setiap potensi peserta didik yang unik bisa berkembang dengan cara optimal. Permendikbud ini pun menyebutkan bahwa peserta sekolah rumah berhak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi sesudah lulus dari ujian kesetaraan (Paket A, B atau C).

Menurut Permendikbud Nomer 129 tahun 2014, ada 3 jenis bentuk rumah sekolah yang bisa diadakan oleh keluarga Indonesia.

1. Sekolah rumah Tunggal yaitu layanan pendidikan berbasis keluarga yang dijalankan oleh orangtua dalam satu keluarga untuk peserta didik dan tidak bergabung dengan keluarga lain yang menerapkan sekolah rumah tunggal lainnya.

2. Sekolah rumah Komunitas ialah kelompok belajar berbasis gabungan sekolah rumah majemuk yang mengadakan pembelajaran bersama berdasarkan silabus, fasilitas belajar, waktu pembelajaran, dan bahan ajar yang di susun bersama oleh sekolah rumah majemuk untuk anak-anak, termasuk menentukan beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi olahraga, seni atau musik, bahasa dan lainnya.

3. Sekolah rumah Majemuk ialah layanan pendidikan berbasis lingkungan yang diadakan oleh orangtua dari 2 (dua) atau lebih keluarga lain dengan menjalankan 1 (satu) atau lebih kegiatan pembelajaran bersama dan kegiatan pembelajaran inti tetap dilakukan dalam keluarga.

Kenapa homeschooling?

Ada sebagian alasan kenapa pemerintah perlu mendukung program homeschooling yang mulai berkembang di Indonesia.

1. ‘Melepas’ siswa dari keluarga yang punya status ekonomi menengah ke atas biar tidak tergantung pada pemerintah

Menurut Lampiran Permendikbud Nomer 161 tahun 2014, Program BOS yang di luncurkan oleh pemerintah pada tahun 2005 ini bertujuan untuk:
Membebaskan pungutan untuk semua peserta didik SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SD-SMP Satap/SMPT negeri terhadap biaya operasi sekolah.
Membebaskan pungutan semua peserta didik miskin dari semua pungutan dalam bentuk apa pun, baik di sekolah swasta ataupun negeri.
Meringankan beban biaya operasi sekolah buat peserta didik di sekolah swasta.

Sekarang ini, dana BOS yang di peruntukkan oleh siswa miskin, faktanya banyak di nikmati oleh kalangan menengah ke atas yang secara sisi finansial bisa buat membiayai sekolah nya sendiri tanpa mengandalkan bantuan BOS dari pemerintah. Begitu banyak kita temukan bahwa sekolah-sekolah negeri di Indonesia banyak di isi oleh para murid yang ‘mentereng’ yang biasa menenteng laptop dan gadget canggih yang harga nya pasti saja mahal ke sekolah. Gaya hidup banyak siswa di sekolah negeri yang cenderung elegan, membuat para siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu minder. Sampai banyak para orang-tua yang lebih memilih buat menyekolahkan anak nya ke sekolah swasta yang berbiaya murah (low cost private school).

Suka berkompetensi antara satu sama lain merupakan sifat yang dipunyai oleh sebagian besar manusia di muka bumi ini. Secara manusiawi, satu orang mau menjadi lebih baik ketimbang orang-orang disekelilingnya. Maka apabila para orang-tua lebih menentukan untuk melakukan homeschooling buat anak-anaknya, jumlah siswa dari kalangan menengah ke atas akan berkurang. Jadi, keluarga yang tidak mampu akan bisa ‘kembali’ ke sekolah negeri yang fasilitasnya terbukti lebih baik dibandingkan sekolah swasta murah.

Pihak swasta yang ‘di tinggalkan’ oleh murid-muridnya, mau tidak mau akan melecut sekolah buat mempunyai fasilitas yang paling tidak sebanding dengan sekolah negeri. Jadi dana BOS yang selama ini pemerintah luncurkan bisa tepat sasaran.

Menurut data.go.id, jumlah guru di Indonesia pada tahun 2012 meraih 2.464.425 orang. Itu belum termasuk guru honorer yang perekrutannya diserahkan sepenuhnya pada tingkat satuan pendidikan masing-masing. Bila kalangan menengah ke atas mulai ‘meninggalkan’ sekolah, para guru pun akan berkurang. Para honorer yang mungkin kehilangan pekerjaannya akibat homeschooling, dapat menjadi tutor yang mengajar anak-anak homeschooling. Dengan begitu, guru akan senantiasa di tuntut buat menjalankan inovasi biar dia bisa bersaing di lapangan.

2. Anak-anak yang homeschooling terbukti mempunyai kemampuan akademik yang lebih tinggi dibandingkan anak yang menghabiskan waktu di sekolah

Sekolah itu menyenangkan buat anak bila guru tidak berada di kelas atau hari libur sebentar lagi tiba. Sisanya, anak lebih banyak mengeluh sebab banyak PR, ulangan / tugas. Ditambah dengan les tambahan atau ekstrakurikuler yang mesti mereka ikuti sesudah jam sekolah selesai. Situasi ini tidak jauh berbeda dengan yang di alami oleh para siswa di Korea Selatan, Jepang maupun Singapura. Sebetulnya sistem ‘belajar rodi’ yang di terapkan oleh ke tiga negara itu terbukti dapat mengantarkan mereka ke posisi tertinggi dalam peraihan nilai PISA. Akan tetapi, depresi atau kasus bunuh diri sering terjadi karena siswa mengalami beban belajar yang sangatlah tinggi.

Apabila mau mendapat nilai akademik yang tinggi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan, homeschooling dapat menjadi tempat di mana anak meraih pengetahuan secara kondusif. Kurikulum dan model belajar yang ada dapat di modifikasi di sesuaikan dengan potensi dan minat anak untuk setiap anak.

3. Dengan homeschooling, anak-anak di latih untuk mengembangkan kapasitas anak

Brian D. Ray (2015) dalam hasil penelitiannya di Amerika Serikat yang berjudul ‘Research Facts on Homeschooling’ menyebutkan bahwa:

- Anak yang belajar di rumah umumnya mendapatkan nilai 15 sampai 30% lebih tinggi dibandingkan anak yang belajar di sekolah negeri dalam ujian.

- Nilai siswa homeschooling di atas rata-rata tes tanpa memandang level pendidikan dan pendapatan keluarga.

- Peraturan terkait homeschooling dan tingkat pengawasan negara tidak berhubungan dengan pencapaian akademik siswa.

- Tidak ada kaitan antara kemampuan akademik anak dengan orang-tua punya kualifikasi untuk mengajar atau tidak.

- Makin banyak siswa homeschooling yang di terima oleh perguruan tinggi.

- Anak yang belajar di rumah umumnya mendapatkan nilai di atas rata-rata dalam test SAT dan ACT sebagai persyaratan untuk masuk perguruan tinggi.

Bila selama ini sekolah cuma melahirkan generasi robot, homeschooling bisa mencetak anak yang mempunyai kreatifitas dan kemampuan berpikir kritis tinggi. Pendidikan seyogyanya lingkungan yang mendukung manusia menjadi manusia. Contohnya, ketika anak mau di ajarkan terkait hewan. Apabila disekolah formal, anak mungkin cuma di beri gambar bagian badan seekor hewan dikala guru mau mengajari berkenaan anatomi hewan.

Gambar itu selanjutnya diterangkan secara detail dari mulai nama bagian badan, nama latinnya sampai fungsi dari masing-masing anggota badan itu. Pada saat ulangan/ujian, anak di tuntut buat hafal setiap nama bagian anggota badan hewan lengkap dengan nama latinnya dan manfaatnya. Dalam homeschooling, anak dapat di perlihatkan langsung hewan yang di kehendaki. Orang tua bisa ajak anaknya ke peternakan, museum hewan / kebun binatang contohnya untuk mengenalkan berkenaan anatomi hewan. Belajar akan lebih menyenangkan dan anak akan lebih mau mencaritahu lebih banyak tanpa adanya tekanan.

4. Menyeimbangkan antara teori dan life-skills

Banyak kasus / keluhan yang di sampaikan banyak orang tua atau lulusan sekolah yang menganggap mereka tidak ‘siap’ untuk menjadi generasi penggerak saat terjun ke tengah-tengah warga. Model belajar yang bertumpu pada hafalan terbukti tidak berhasil menyiapkan anak dalam menghadapi rintangan global yang makin bersaing sekarang ini.

Homeschooling dapat mengenalkan anak pada ‘dunia nyata’ bahkan juga dikala mereka masih belajar. Disebabkan teori yang mereka bisa di barengi oleh pembelajaran life-skills yang mengajari mereka buat mengaplikasikan apa yang mereka bisa kedalam kehidupan mereka sehari-hari. Telah waktunya pemerintah lebih memfokuskan pada pembelajaran materi yang betul-betul di perlukan ditengah warga dan bukan hanya sekadar teori ‘pepesan kosong’ yang menjadikan lulusan tidak siap.

5. Mengurangi ‘juvenile delinquency’

Narkoba, tawuran, sex bebas atau kekerasan pada guru sering mewarnai halaman-halaman media berita di Indonesia. Kejadian ini membuktikan pendidikan di Indonesia tidak berhasil melahirkan pribadi yang punya ‘akhlakul karimah’. Pengawasan yang kendor menjadi salah satu disebabkan kenapa kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat. Bahkan juga banyak kasus yang terjadi di lingkungan sekolah dikala jam belajar masih berlangsung. Guru di sibukkan buat mengejar sertifikasi atau mengerjakan administrasi yang pada hakikatnya tidak menyumbang apa pun pada perbaikan siswa.

6. Mengembalikan fungsi ibu sebagai madrasah pertama dan utama

Homeschooling dapat mengoptimalkan peran ibu jadi madrasah pertama dan utama. Ibu yang pintar berpotensi untuk melahirkan anak yang pintar pula. Jadi buat menyiapkan generasi yang unggul, seorang ibu pun mesti mempunyai bekal ilmu yang cukup. Banyak yang berasumsi bahwa bila sebuah keluarga menentukan untuk homeschooling anak-anaknya, maka guru anak nya yaitu ibunya.

Tetapi, itu sesungguhnya tidak seutuhnya benar. Lantaran sejatinya, ibu berperan menjadi kepala sekolah yang memastikan anak didiknya melakukan kurikulum individu dengan cara optimal dalam lingkungan belajar yang kondusif. Generasi qurrata a’yun bisa digapai bila ibu dapat menjalankan pengawasan secara penuh pada pendidikan anak-anaknya.

Homeschooling bisa menjadi jawaban dari kebuntuan dari kebingungan pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Alih-alih menjalani bongkar pasang kurikulum atau kebijakan ujian nasional, homeschooling bisa hadir sebagai alternatif dalam mengoptimalkan penggunaaan budget pendidikan di negeri kita tercinta ini.