Plt. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno mengatakan, masalah intoleransi harus diselesaikan di Indonesia.
’’Indonesia itu beragam, tapi menolak keberagaman itu sebuah ironi luar biasa dan persoalan ini harus diungkapkan supaya menjadi kesadaran publik,’’ terang dia dalam diskusi Refleksi Akhir Tahun Pendidikan Keragaman di Indonesia Sejauh Mana? secara daring, Selasa (29/12). ’’Jadi keberagaman-keberagaman itu menghargai yang berbeda. Tidak menyeragamkan yang berbeda,’’ terang Totok.
Dia pun mengatakan toleransi antar sesama manusia ini harus dijiwai oleh setiap siswa, pendidik, kepala sekolah, pengawas bahkan pembuat kebijakan di daerah maupun di Kemendikbud itu sendiri. ’’Kalau enggak begitu, dari kebijakan ke praktek ini seringkali ia sekedar administratif saja,’’ ujar dia.
Ia memberikan contoh, dalam silabus sekolah apakah dalam pembelajaran yang diajarkan memuat nilai untuk menghargai keberagaman. Hal ini ia khawatirkan belum terjadi.
’’Jangan-jangan belum terjadi keberagaman. Ini yang terjadi ketika pengawasan, ketika akreditasi (sekolah) lebih condong melihat hal yang berbasis aturan. Harusnya (sekolah) memastikan koherensi pada norma juga kepada praktek,’’ tambahnya.
Sebab, apabila keberagaman ini tidak diperhatikan, permasalahan keragaman akan bergulir serupa bola salju. Jadi masalah semakin lama akan kina membesar. ’’Karena itu peran seperti ini (menciptakan keberagaman) untuk dihargai enggak bisa di dikecilkan. Justru harus diperbesar dan diungkapka. Bukan bisik-bisik tapi harus diungkapkan,’’ tuturnya. (*)
sumber