Masa pandemi Covid-19 membuat para ibu alias emak-emak harus ekstra membagi waktu antara pekerjaan rumah tangga dan belajar daring bagi anaknya yang bersekolah.
Namun, apa jadinya jika ibu tersebut juga berperan sebagai dosen? Hal ini dirasakan Yuyun Yuningsih, dosen prodi Manajemen Haji dan Umrah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Bandung.
Dia mengaku harus membagi waktu selama sepekan untuk menemani anaknya belajar daring, mengurusi rumah tangga, serta mengajar mahasiswa.
"Belajar daring selama masa pandemi sebenarnya di satu sisi menguntungkan bagi orang tua. Sebab bisa lebih dekat mendampingi belajar anak dan menilai perkembangannya secara langsung," ujarnya kepada Ayobandung.com, Selasa (1/12/2023).
Namun, di sisi lain, untuk orang tua yang punya kesibukan di luar rumah alias bekerja membuat kondisi menjadi luar biasa. Sebab, dirinya harus harus memantau anak di saat kerja dan mendampingi selesai kerja.
"Sebab jika dibiarkan akan sia-sia, kasihan juga pada anaknya," katanya.
Yuyun mengambil hikmah dengan kondisi seperti ini yang harus dijalani sejak April lalu.
"Sebenarnya kalau bisa berperan maksimal. Kebersamaan di lingkungan keluarga selama masa Covid justru meningkatkan harmoni dan kreativitas yang luar biasa," paparnya.
Namun namanya juga manusia, kata dia, semangat itu fluktuatif. "Kadang ada saatnya merasakan jenuh dan lelah. Namun itu semua proses yang harus dihadapi. Semangat itu harus dibangun, dengan menumbuhkan kesadaran jika peran sebagai ibu di lingkungan domestik dan di luar harus dimaksimalkan," ungkapnya.
Belajar daring juga menuntut orang tua untuk tidak gagap teknologi. Apalagi orang tua saat ini merupakan orang tua generasi yang akrab dengan gadget.
"Pendampingan dan pengawasan itu penting. Maka tidak bisa diabaikan begitu saja," ujarnya.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga asal Cibiru, Nurhotimah (31) mengaku, harus bersusah payah menyiapkan waktu bagi anaknya yang pertama untuk pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.
Di sisi lain, dia pun perlu menyiapkan kebutuhan anak keduanya yang bekebutuhan khusus.
Menjadi “guru” bagi anaknya yang baru kelas 1 belajar di rumah ternyata tidak mudah. Hal ini karena para ibu tersebut masih harus tetap melaksanakan fungsi-fungsi lainnya, sebagaimana di masa normal.
Kaum ibu, perlu menyediakan sarana belajar, seperti HP, dan menyisihkan waktu menjadi seorang "guru" selama pandemi.
"Perlu waktu ekstra untuk menemani anak belajar daring. Belum ditambah mengurus anak kedua dan keperluan suami yang akan kerja," ujarnya.
Kendati demikian, dirinya menjalani dengan sabar dan ikhlas menjadi "guru" selama pandemi.
Adanya kebijakan dari Mendikbud Nadiem Makarim yang memperbolehkan kegiatan belajar mengajar (KBM) tahun depan cukup membuat angin segar bagi para kaum emak-emak ini.
sumber