Pengamat dan Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji memberikan kritik terhadap kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Asesmen Nasional (AN).

Pertama, ia menyinggung soal program Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun SDM Maju dan Unggul. Jadi, seharusnya tugas Kemendikbud adalah mulai melaksanakannya, bukan baru membuat alat ukur. “Sekarang kalau fokusnya adalah pemetaan, berarti mereka menganggap bahwa selama ini tidak ada petanya,” ungkap dia kepada JawaPos.com, Minggu (24/1).

Padahal, Indonesia telah memiliki banyak alat ukur. Salah satunya adalah Ujian Nasional (UN) yang sudah ditiadakan yang diubah menjadi AN. Keduanya itu adalah sama-sama alat ukur pendidikan. “Harus diukur dari awal lagi. padahal kita punya yang namanya UN (ujian nasional), harusnya kan itu peta, kita sudah punya yang namanya AKSI (Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia) yang sebetulnya menjadi cikal bakalnya. Itu sudah ada datanya,” terang dia.

Adapun, alokasi anggaran untuk AN di 2021 sebesar Rp 155 miliar. Menurutnya, AN hanya akan memperlihatkan hasil yang sama dengan AKSI. ’’Untuk sebuah pemetaan yang saya yakin hasilnya nggak berbeda dengan AKSI dengan UN sendiri, yang memang mutu pendidikan kita buruk,’’ imbuhnya.

Indra mengibaratkan alat ukur pendidikan UN seperti rapid test antibodi dan PISA (Programme for International Student Assessment) adalah PCR test. Jadi, dari alat ukur itu diketahui kualitas pendidikan di Indonesia sudah dinyatakan positif menurun, di mana seharunya dibawa obati, bukan malah memastikannya lagi benar sakit atau tidak, dengan mengibaratkan AN.

“Harusnya sudah mulai fokus bagaimana kita mengembangkan mutu kapasitas pendidikan kita, bagaimana memperbaiki mutu guru, ini kan harusnya ke sana. Jadi jadi saya agak bingung memang arah Kemendikbud ini memang mau dibawa kemana pendidikan kita,” ungkap dia. (*) 

sumber



Homeschooling - Bimbel Les Privat - UTBK Kedokteran PTN - Kuliah Online - PKBM ✅