Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi melihat bahwa penyusunan peta jalan pendidikan 2020-2035 yang dirancang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berpatokan pada negara yang memiliki kualitas pendidikan tinggi.

Dia menilai Kemendikbud hanya melihat outputnya saja ketimbang dengan kebijakan untuk mencapai hasil tersebut. Hal ini pun tidak akan berdampak baik untuk Indonesia karena tidak memahami peta pendidikan negara sendiri.

“Hanya membandingkan outputnya saja, Indonesia akan terjebak kepada ingin melompat ke masa depan, tapi tidak memperhitungkan capaian di masa lalu. Sehingga tidak diketahui dari titik mana lompatan dimulai,” ungkap dia dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi X DPR RI secara virtual, Selasa (19/1).

Negara yang menjadi panutan adalah negara Skandinavia yang terkenal memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia, seperti Finlandia, Norwegia, serta Swedia.

“Fokus sekali di negara tertentu pendidikannya, tetapi tidak membandingkan kebijakannya, nggak bisa membandingkan output dari negara Skandinavia, seperti Swedia, Norwegia, Finlandia yang selalu dijadikan benchmark,” imbuhnya.

Kebijakan yang dimaksud adalah terkait dengan peningkatan kualitas gurunya. Pasalnya, dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dikatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan guru.

“Itu sangat berbahaya (membandingkan tanpa memperbaiki kebijakan). Kualitas pendidikan tidak akan pernah melebihi kualitas guru, di PJP (guru) itu cuma jadi tempelan, bukan prioritas, kalau tidak serius mutu pendidikan tidak akan pernah bisa sampai pada apa yang kita inginkan,” tutup Unifah.

sumber

Homeschooling - Bimbel Les Privat - UTBK Kedokteran PTN - Kuliah Online - PKBM ✅